BRANTAS,RIWAYATMU KINI......
Sebagai cah Kediri asli,saya selalu bangga mendengar nama Sungai Brantas.Sungai ini sudah menjadi ikon dimana saya menghabiskan lebih dari 25 tahun hidup saya.Sungai ini seolah-olah dengan gagahnya membelah kampung halaman saya,menjadi wilayah timur dan barat.Keberadaan sungai ini menjadikan panorama Kota Kediri menjadi sangat unik,karena adanya lintasan sungai di tengah kota.
Sejak jaman dulu hingga sekarang,keberadaan sungai Brantas memang sangat berarti.Dalam sejarah tercatat,pada abad 8 berdiri sebuah kerajaan bernama Kanjuruhan di daerah aliran sungai (DAS) Brantas.Sejumlah peninggalan prasasti diantaranya prasasti Dinoyo dan Harinjing menunjukkan bahwa masyarakat di kerajaan itu hidup dari sektor pertanian dengan sumber utama pengairannya berasal dari sungai Brantas.
Hal itu berlangsung hingga sekarang.Sungai sepanjang 320 km dengan luas DAS nya mencapai 1/4 luas wilayah Propinsi Jawa Timur itu memiliki fungsi penting yaitu menjadi sumber irigasi bagi sekitar 60% produksi padi di Jawa Timur dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota yang berada dipanjang alirannya.
Tidak hanya untuk pengairan,sungai Brantas juga digunakan oleh warga yang diam di DAS nya untuk beragam keperluan,mulai mandi hingga menggembalakan ternak,karena banyaknya rumput yang tumbuh di bantarannya.Begitu juga diera otonomi daerah,dimana pemerintah daerah berlomba-lomba meningkatkan pendapatan asli daerahnya,sungai Brantas dibidik sebagai pundi-pundi penghasil PAD dari sektor wisata.Jadilah sungai Brantas sebagai wisata air dengan Dermaga Joyoboyo sebagai trademarknya dan kafe-kafe kecil disekelilingnya.
Namun beberapa waktu terakhir,keberadaan sungai Brantas begitu memprihatinkan.Kerusakan yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia,membuat sungai Brantas tak lagi menjadi sungai yang indah dan berperan vital bagi masyarakat.Penambangan pasir liar,terutama secara mekanik,membuat DAS Brantas terancam longsor.Bangunan-bangunan,seperti plengsengan dan jembatan terancam roboh,karena penyangganya anjlok dan bergeser dari pondasi semula.Misalnya jembatan Mrican yang tiang penyangganya kini menggantung.Adalagi plengsengan di Kaliombo yang ambrol sepanjang 10 meter.Penambangan pasir ini tersebar disejumlah titik misalnya di Kelurahan Mrican,Manisrengg0,Jongbiru dan Putih.Dalam aksinya,mereka menggunakan diesel penyedot pasir yang membuat permukaan sungai menjadi turun dan bantarannya tergerus.
Ancaman lainnya adalah banjir bandang akibat penebangan hutan secara liar yang berlangsung di hulu sungai Brantas.Banjir bandang ini pernah dirasakan dampaknya oleh warga Perumahan Wilis beberapa waktu lalu.Belum lagi punahnya populasi sejumlah jenis ikan dan biota sungai lainnya akibat tingginya kadar pencemaran.Diperkirakan setiap harinya,ada 330 ton limbah cair yang masuk di hilir sungai Brantas,termasuk di Kota Kediri.Sampah-sampah ini juga membuat Brantas tampak kumuh.Onggokan daun-daun dan patahan-patahan ranting bercampur sampah tersangkut di kaki jembatan.
Wah...wah...ngeri tenan ternyata.Kalau sudah begini,saya yang cuman wong Kediri biasa,hanya bisa berharap pada para penggedhe,agar secepatnya bertindak mengatasi dampak kerusakan sungai Brantas.Jangan sampai mengulur-ulur waktu atau saling lempar tanggungjawab dalam penanganan kondisi ini.Memang,upaya menyelamatkan sungai Brantas bukanlah tanggungjawab bapak-bapak yang bertahta di Balai kota atau institusi lainnya,melainkan menjadi tanggungjawab seluruh warga Kediri.Tapi poro pejabat itulah yang mempunyai wewenang maksimal,untuk menyukseskan program bersama tersebut.Misalnya dengan membuat peraturan yang paten dengan pengawasan ketat sekaligus tindakan tegas bagi yang melanggarnya.Jangan sampai sungai Brantas akhirnya hanya menjadi kenangan bagi saya dan orang-orang seumuran.Sedangkan bagi anak turun saya,Brantas hanya akan menjadi sebuah legenda.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar